Blog ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial untuk Psikologi: Filsafat Manusia, Sosiologi, dan Antropologi

Sunday, March 2, 2014

Pengamen Cilik


Kemarin malam, tepatnya pada saat malam Minggu, saya bersama teman saya pergi untuk makan malam bersama di daerah Radio Dalam, Jakarta Selatan. Tempat makan yang kami singgahi, tidaklah mewah. Hanya sebuah tenda sederhana di pinggir jalan yang selalu ramai di datangi oleh pengunjung karena bakminya yang terkenal enak. Kami langsung memesan dua porsi bakmi yamin dan minuman. Tak lama menunggu, pesanan kami datang dan kami langsung menyantapnya.

Saat kami sedang asyik menyantap makanan kami, tiba-tiba datang seorang anak yang menghampiri meja kami, umurnya  10 tahun-an. Ia bernyanyi menggunakan kecrekan yang mengiringi nyanyiannya itu. Dengan refleks, sayang langsung mengambil dompet lalu memberi anak itu uang receh, lalu ia mengucapkan “Terima kasih, Kak”, saya membalasnya dengan senyuman. Anak itu langsung pergi meninggalkan meja kami lalu pindah ke meja lainnya.

Saya sangat miris jika mengingat hal-hal seperti itu. Bagaimana pun juga, anak itu hanyalah seorang anak kecil biasa yang seharusnya menghabiskan waktunya untuk bermain dan belajar, bukannya mencari nafkah hingga larut malam. Saya tidak tahu persis apa alasan anak itu mengamen, yang pastinya karena desakan faktor ekonomi yang membuatnya harus merelakan masa kanak-kanaknya untuk berjuang demi melanjutkan hidupnya.

Disaat sebagian anak di Indonesia menikmati sarana pendidikan yang diberikan oleh pemerintah, saat itu pula masih banyak anak harus merelakan waktu belajar mereka hanya untuk bekerja pagi, siang, sore, bahkan hingga malam hanya untuk mempertahankan hidup mereka di riuh piruhnya kota metropolitan ini.  Dari sini, timbullah pertanyaan saya, dimanakah peran dinas sosial? Mengapa sampai banyak sekali anak-anak terlantar yang tidak terdata untuk diberikan beasiswa atau santunan yang layak?

Padahal hidup di jalanan adalah lahan yang sangat empuk bagi anak-anak yang masih hijau untuk tumbuh dengan perilaku yang buruk. Mengingat pengaruh lingkungannya yang sering sekali ditemui orang-orang yang liar, para preman yang sering mabuk-mabukan, pesta narkoba, hingga melakukan pelecehan seksual. Hal ini sangat berdampak buruk bagi anak-anak ini dan juga berdampak buruk bagi masa depan bangsa kita. Bagaimana bisa negara kita maju, jika bibit-bibit penerus bangsa kita seperti ini? Seharusnya anak-anak ini mendapatkan pendidikan yang layak, karena merekalah yang akan meneruskan perjuangan para pahlawan kita untuk membangun Indonesia yang lebih baik lagi.

Seharusnya pemerintah lebih jeli dan proaktif dalam mengatasi masalah anak-anak jalanan. Anak-anak tersebut seharusnya di data dan disalurkan ke lembaga yang menangani masalah seperti ini, contohnya disalurkan ke panti asuhan dan mendapatkan beasiswa pendidikan. Dan saya harap dengan membaca tulisan ini, kita tergerak untuk membuka mata dan hati kita mengenai masalah ini. Tak perlu kita menunggu peran pemerintah, karena mereka terlalu sibuk mengurus urusan mereka sendiri. Mari kita bahu-membahu untuk membantu anak jalanan ini, agar mereka mendapatkan kehidupan yang layak sebagaimana yang kita dapatkan.

No comments:

Post a Comment